Kenapa Kita Harus Lihat Komposisi Dibalik Kemasan Makanan dan Minuman ?

Kenapa Kita Harus Lihat Komposisi Dibalik Kemasan Makanan dan Minuman ?

Saya coba-coba rutin membaca komposisi di belakang kemasan saat SD, dan seketika dirundung bosan. Semua kalimatnya lidah saya membelit saat berusaha mengucapkan.
Baru-baru ini seorang kawan menjalani operasi penggerukan batang tenggorokan karena hobi minum jus kemasan. Saya khawatir karena saya sendiri hobi minum jus kemasan. Saya kira itu menyehatkan.
Ternyata tidak! Percayalah, tidak sama sekali!
Jus kemasan itu berisi konsentrat, dan perisa buatan yang meniru rasa asli buah. Jadi tak memiliki khasiat serupa. Lagipula ada berangkai nama gula di ingredient nya. Untung saja BPOM memaksa kompeni jujur. Jadi asalkan jeli kita bisa kabur dari penyakit yang menyertai konsumsi gula berlebih .
Bayangkan, glucose itu gula, sucrose itu gula, corn syrup itu gula, corn starch itu gula, saccharine itu gula, dsb dsb, dan semua berderet di satu daftar ingredients. Saya kira saya sedang minum minuman diet dengan L kartnine, susu fermentasi, oats, eh ternyata diam-diam gigi saya diserang gula. Sebentar lagi pankreas saya diserang gula dan diabetpun menanti. Goodbye insulin, halo diet super ketat kalau mau terhindar kulitnya dikerubuti semut.
Apalagi almarhum bapak saya punya keturunan diabet. Dan dia harus rutin makan nasi merah yang bikin saya mau muntah. Tapi entah karena darahnya manis atau memang bapak saya itu lelaki sensitif, ucapannya sering menyentuh. Dia bilang, "Terserah kita makan apa, yang pentinng kita hepi. " tapi ibu saya galak melarang. Dan waktu kecil saya berpihak ke almarhum bapak, sekarang saya setuju rasionalitas ibu saya.
Dan tau tidak, gula itu bisa jadi bensin roket ? Saya nonton di dokumenter mythbusters Adam Savage. Pantas setelah minum kratindaeng atau coca cola, badan saya serasa petasan, saya pernah mengira saya adhd karena waktu kecil keseringan makan gula.
Sekalian berhati-hatilah dengan sodium glutamate alias micin, si tersangka penurunan kecerdasan. Royco ada micinnya juga, sedikit, jadi aman. Micin itu rasa kelima, istilah resminya umami. Rasa gurih seperti di jamur dan kedelai. Tapi kalau mau jujur saya tidak terlalu takut dengan micin, saya lihat orang Cina makanannya pakai micin terus dan mereka pintar-pintar.
Saya pernah baca wawancara dengan dosen IPB yang juga tidak setuju micin dibilang bikin bodoh. Karena beliau sendiri sewaktu kecil sering makan nasi pakai micin saja.
Jadi saya hobi beli rumput laut kemasan, sebagai cemilan diet. Entah micin itu tidak berbahaya atau bahaya, saya juga kurang paham. Tapi saya kontrol juga asupa micin saya. Too much of something is never good.
Kendati saya lebih mewanti konsumsi berlebihan gula, karena dari dokumenter Ted Ed saya lihat, gula adalah zat adiktif legal. Lebih adiktif dari heroin, katanya. Legal, aman, tentu, tapi dalam kuantitas berlebihan ? Katanya diabetes itu menyebabkan kebutaan loh.
Adapun menurut standar WHO takaran asupan gula harian manusia itu sebatas 25gram saja.  Jadi kira-kira enam sendok. Sedangkan jus kemasan, minuman kemasan itu sering hingga 24 gram dalam satu kotak saja.
Waduh. Jangan-jangan kebanyakan gula nih yang bikin bodoh. Asumsi saja kok, hehe. Saya bukan ilmuwan.
Jadi diharapkan konsumen bijak dalam memilih makanan dan minuman kemasannya. Memang sulit. Saya sering merasakan withdrawal syndrome, dari kepengin makan gula, tidak cukup gula dari nasi saja. Saya pusing hingga agak depresi. Karena gula itu ternyata mengaktifkan hormon senang di otak kita, tapi cepat habis jadi fluktasi tiba-tibanya bikin sendu. Jadi kalau nonton film tentang pecandu narkoba saya empatinya dengan asosiasi pengalaman saya yang ini. Saya kecanduan gula.
Diabetes itu dapat dicegah. Kalau kita ekstra cermat, kita bisa terhindar darinya. Yakinlah!  Kebanyakan makan gula pasti mempengaruhi mood, otak kita jadi terbiasa dengan asupan energi dan kebahagiaan quicky jadi emosinya bisa labil. Apalagi tragedi obesitas menghantui.
Dan bukan masalah dangkal saja malu diejek gemuk, tapi kegemukan memperlambat gerakan, bikin lutut sakit, tumit pecah-pecah, dan manusia bakal stres saat sadar dia kurang lincah. Instingnya waswas bahwa dia menjadi target empuk predator. Kalau bisa kita unggul dari Amerika Serikat di area ini, terhindar dari epidemic kegemukan dan diabetes.
Jadi memang, hal sesimpel memahami ingredient di belakang kemasan makanan dan minuman ini bisa menjadi langkah awal untuk kesehatan.

Komentar